Angin Agustus Paginya membeku Siangnya menampar telingaku Jemarinya memainkan bendera Ia berbisik padaku kau kehabisan waktu sementara aku menengadah ke langit birunya cerah tanpa serabut putih aku tak tahu arah bahkan angin tak bisa menuntunku ke sana Angin timur melemparku ke sisi kiri jalan Angin selatan mengusap dengan tangannya yang dingin ke semua ufuk ku tatap tiada siapapun lagi yang tersisa kubiarkan tubuh ini berputar bersama bumi berkedip-kedip kebingungan melenguh kebosanan
Blog ini agak random jadi kalian bisa menganggap ini sebagai bentuk digital dari alam pikiranku